UPAYA MEMOTIVASI SISWA DALAM STANDAR
KOMPETENSI MENGELOLA
PERTEMUAN/RAPAT MELALUI PEMBERIAN PENGUATAN VERBAL DAN NON VERBAL DI KELAS
XII ADMINISTRASI PERKANTORAN
Diajukan
sebagai salah satu syarat dalam
kenaikan pangkat
Oleh :
Dede Ruslianto, S.Pd.
NIP. 19691203 199512 1 002
PEMERINTAH KOTA
BANJAR
DINAS PENDIDIKAN
PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMK NEGERI 1 BANJAR
LEMBAR PENGESAHAN
Judul :
Upaya Memotivasi Siswa Dalam Pembelajaran Mengelola
Pertemuan/Rapat Melalui
Pemberian Penguatan Verbal dan Non Verbal
Nama : Dede
Ruslianto, S.Pd.
NIP :
19691203 199512 1 002
Jabatan : Guru
Administrasi Perkantoran
Tempat Penelitian : SMK Negeri 1 Banjar
Banjar, September 2010
|
|
Menyetujui,
Kepala Sekolah
Drs. Hj. Maysaroh, M.M.Pd.
NIP. 19640412 198903 2 011
|
Peneliti
Dede Ruslianto, S.Pd.
NIP. 19691203 199512 1 002
|
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah
S.W.T karena berkat rakhmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
penelitian tindakan kelas ini.
Dengan rasa penuh
tanggung jawab maka maka penulis menyusun laporan ini berdasarkan observasi di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1
Banjar tahun pelajaran 2011/2012. Penulisan laporan ini
diajukan untuk memenuhi salah satu syara
dalam pengajuan kenaikan pangkat.
Dalam penulisan
laporan ini tentunya tidak lepas dari
kekurangan, baik aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian
yang disajikan. Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis.
Penulis menyadari
bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis membutuhkan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan dimasa yang akan
datang. selanjutnya dalam penulisan laporan ini penulis banyak diberi bantuan
oleh berbagai pihak.
Teriring doa semoga segala bantuan yang telah diberikan,
sebagai amal shaleh senantiasa mendapat Ridha Alloh Swt. Sehingga pada akhirnya
laporan ini dapat bermanfaat bagi pembangunan pendidikan pada umumnya dan
peningkatan mutu serta kemampuan professional tenaga kependidikan guru sekolah
dasar pada khususnya.
Banjar, September 2010
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
i
|
||||
KATA PENGANTAR ……………………………..……………………
|
Ii
|
|||
DAFTAR ISI ……………………………………………….…………...
DAFTAR TABEL ………………………………………………………
|
Iii
v
|
|||
BAB
I PENDAHULUAN
|
||||
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………
|
1
|
|||
B. Rumusan Masalah ………………………………………………..
|
5
|
|||
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………...
|
5
|
|||
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………….
|
5
|
|||
BAB
II KAJIAN PUSTAKA
|
||||
A. Konsep Pelajaran Mengelola Pertemuan/Rapat......………………
|
7
|
|||
B. Konsep Belajar ……………………………………………...……
|
8
|
|||
C. Strategi Belajar Mengajar ………………………………………..
|
9
|
|||
BAB
III PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
|
||||
A. Subjek Penelitian ………………………………………………...
|
14
|
|||
B. Deskripsi Per Siklus ……………………………………………...
|
14
|
|||
BAB
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
|
||||
A. Hasil Penelitian …………………………………………………..
|
21
|
|||
B. Temuan dan Refleksi …………………….………………………
|
24
|
|||
C. Pembahasan …………………………………………….………..
|
26
|
|||
BAB
V KESIMPULAN , SARAN DAN TINDAK LANJUT
|
||||
A. Kesimpulan ……………………………………………………….
|
29
|
|||
B. Saran ……………………………………………………………...
|
29
|
|||
DAFTAR
PUSTAKA ………………………………………………...
|
30
|
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
|
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
|
15
|
|
Tabel 3.2
|
Lembar Observasi Siklus I
|
18
|
|
Tabel 3.3
|
Lembar Observasi Siklus II
|
19
|
|
Tabel 4.1
|
Rekapitulasi Nilai Perbaikan
Pembelajaran Siklus I
|
21
|
|
Tabel 4.2
|
Analisi Kategori
Evaluasi Siklus I
|
22
|
|
Tabel 4.3
|
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran
|
23
|
|
Tabel 4.4
|
Analisi Kategori
Evaluasi Siklus I
|
24
|
|
Tabel 4.5
|
Rekapitulasi Nilai Perbaikan
|
27
|
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah rendahnya mutu sekolah sudah sangat sering dikeluhkan masyarakat. Hal ini peranan guru merupakan salah satu unsur yang dianggap sangat menentukan. Dengan kata lain, rendahnya mutu sekolah dipandang mempunyai kaitan langsung dengan rendahnya mutu guru. Orangtua melihat sekolah, terutama dilihat mutu gurunya. Sebab mutu guru yang rendah menyebabkan mutu sekolah yang rendah pula. Sebagian besar guru dianggap mutunya rendah.
Sesungguhnya mutu sekolah bukan saja masalah yang dihadapi oleh negara-negara berkembang dan juga bukan soal dana. Meskipun Amerika Serikat (AS) membelanjakan sekitar separuh dari pendapatannya untuk pendidikan, tetapi mutu pendidikannya kalah dari Jepang dan Jerman yang mengeluarkan biaya pendidikan tidak sebanyak AS. Dalam penyelenggaraan pendidikan, AS cenderung untuk membelanjakan sebagian besar uang untuk sarana dan administrasi, sementara untuk gaji guru relatif kecil. Sebaliknya Jepang dan Jerman, mengeluarkan sebagian besar biaya untuk gaji guru, sementara bangunan/sarana dan administrasi dibuat lebih sederhana tidak sementereng AS.
Berdasarkan pengalaman-pengalaman di negara-negara maju itu, di mana kebutuhan minimal sarana dan fasilitas pendidikan telah relatif terpenuhi, nampak bahwa investasi biaya pendidikan melalui peningkatan kesejahteraan (gaji) guru lebih mampu meningkatkan mutu daripada melalui penyediaan sarana. Di negara kita memang agak lain persoalannya, banyak sekolah yang kebutuhan minimal sarana pendidikan saja juga belum terpenuhi.
Masalah pengelolaan dan administrasi biaya pendidikan kita terletak pada masih rumitnya prosedur pembiayaan, mulai dari perencanaan sampai pada proses pengelolaannya. Kerumitan itu menyangkut mata rantai birokrasi atas-bawah (vertikal) maupun hubungan antar instansi.
Walaupun otonomi sekolah sudah mulai menampak, namun masih terasa ganjalan-ganjalan dalam proses perencanaan, prosedur pengelolaan, dan distribusi anggaran pendidikan mulai dari pusat sampai ke daerah. Namun demikian, dengan berjalannya otonomi daerah, maka pengelolaan pendidikan mulai beralih ke Kabupaten atau Kota.
Dengan bercermin pada pengalaman negara-negara maju, maka dilihat dari segi pelakunya, persoalan mendasar dari mutu pendidikan adalah kesejahteraan guru. Kesejahteraan meliputi aspek material dan nonmaterial. Yang nonmaterial misalnya kemudahan naik pangkat, suasana kerja yang sejuk, dan perlindungan hukum.
Adapun yang termasuk kesejahteraan material adalah gaji, tunjangan, dan insentif lainnya. Aspek material, khususnya gaji inilah yang harus secara jujur diakui masih minim. Kenaikan gaji cenderung hanya upaya mengimbangi laju inflasi. Akibatnya secara riil daya beli para guru umumnya tidak banyak meningkat.
Walaupun secara langsung tidak berpengaruh terhadap kualitas guru, tetapi gaji guru dan mutu pendidikan memang tak terpisahkan. Di negara-negara lain yang mutu pendidikannya telah lebih tinggi, misalnya seperti tetangga kita di Malaysia, mengajarkan kepada kita bahwa memang prestasi kerja merupakan fungsi dari imbalan. Makin tinggi imbalan, makin tinggi kesungguhan, komitmen, dan produktivitas kerja, serta semakin kecil tindakan indisipliner.
Belajar dari negara-negara yang mutu pendidikannya lebih tinggi itu pula, mereka berani menyediakan sekitar seperempat lebih anggarannya untuk sektor pendidikan. Dan dari jumlah itu, sebagian besar adalah untuk kesejahteraan guru. Jika gaji guru meningkat, maka akan meningkat pula status guru, sehingga mampu menarik calon-calon guru yang berkualitas. Bukan hanya calon kelas dua atau tiga seperti yang masuk ke pendidikan guru sampai saat ini.
Lembaga pendidikan guru (misalnya FKIP), bukanlah idola calon mahasiswa atau orangtua. Sebab, dalam masyarakat yang cenderung melihat kemampuan ekonomi sebagai ukuran status sosial, status guru dipandang "kurang baik" karena pendapatannya rendah. Karena itu jabatan guru tidak menarik minat banyak orang dan juga tidak menarik bagi putra-putri terbaik bangsa.
Sampai saat ini, mereka yang berminat menjadi calon guru, terutama dari keluarga kurang mampu atau kurang mampu pula secara akademis. Mereka memilih FKIP dengan harapan bisa kuliah dan kemudian bisa diangkat menjadi pegawai negeri sipil. Namun kenyataannya, masih banyak lulusan FKIP yang tidak dapat diangkat lantaran kemampuannya juga rendah. Dan lebih ironis pula karena banyak lembaga-lembaga pendidikan yang justru mengangkat lulusan fakultas murni untuk menjadi tenaga guru lantaran kemampuannya dianggap lebih.
Semakin sempitnya kesempatan untuk diangkat menjadi guru, menyebabkan kualitas dan kuantitas yang masuk lembaga pendidikan guru juga merosot. Konsekuensinya mutu lulusan atau calon guru yang dihasilkan merosot pula. Akibatnya mutu pendidikan di negeri ini akan terus merosot pula.
Melihat kondisi pendidikan kita saat ini, tidak banyak yang dilakukan dalam usaha menarik minat calon bermutu memasuki lembaga pendidikan guru selama faktor status guru tidak dapat diubah atau diperbaiki. Menaikkan pandangan terhadap profesi guru amat terkait dengan kemampuan keuangan pemerintah, mengingat pada waktu ini sekolah terutama dikelola pemerintah.
Barangkali anggapan-anggapan yang kurang menguntungkan bagi pendidikan guru seperti di atas yang menyebabkan calon guru kurang memiliki motivasi yang kuat. Lebih parah lagi sebagian yang dididik sebagai calon guru sekarang sebenarnya tidak ingin menjadi guru. Oleh karena mereka tahu bahwa profesi guru tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk menjadi pemimpin, memperoleh harta kekayaan yang banyak, kekuasaan yang cukup, atau pengaruh yang luas. Oleh karena itu sampai saat ini profesi guru dirasa sebagai kerja paksa, artinya terpaksa jadi guru karena bidang lain tidak bisa menampungnya. Tetapi kerja paksa juga bisa diartikan, kerja keras tetapi gajinya kecil. Di masyarakat yang gandrung pada pemenuhan kebutuhan materi, kedudukan atau pekerjaan guru kurang memperoleh nilai tinggi. Sebab, walaupun tugas guru itu mulia, namun tidak memberi keuntungan materi.
Sampai saat ini memang sudah banyak kebijakan dan strategi untuk memperbaiki mutu sekolah, namun hasilnya belum optimal. Sejauh gaji guru masih relatif rendah, tampaknya tidak mudah meningkatkan mutu pendidikan. Di situlah titik kelemahan pendidikan kita, sehingga mutu sekolah sulit ditingkatkan. Oleh sebab itu, jika kita benar-benar mau meningkatkan mutu sekolah, maka system penggajian guru secepatnya diperbaiki.
Dengan demikian untuk menciptakan potensi guru yang baik, maka harus diadakan upaya untuk meningkatkan profesionalisme keguruan, karana hal ini sangat menunjang bagi pelaksanaan proses pebbelajaran yang baik. Maka dari itu upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang didasarkan pada desain kajian seorang guru agar bias diterima siswa yang nantinya akan menciptakan suasana pembelajaran yang baik. Apabila siswa sudah bias menerima pembelajaran yang guru sampaikan, dengan demikian proses pembelajaranpun akan diikuti dengan baik. Maka dari itu tentunya hasil belajarpun akan meningkat.
Dalam
implimentasi pembelajaran guru sebagai praktisi melaksanakan kegiatan, yaitu
dengan cara menggunakan srategi pengajaran konsep untuk membantu kelancaran
pada setiap tindakan pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan secara
langsung terhadap proses pada pembelajaran. Dari setiap pengamatan selanjutnya
dilakukan refleksi dan analisis setiap tindakan untuk kemudian melakuakan
perbaikan-perbaikan.
Dalam rangka mencapai harapan
seperti itulah dalam kegiatan belajar ini dikemukakan salah satu alternatif
dari segi perencanaan, yaitu dengan upaya
memotivasi siswa dalam pembelajaran mengelola pertemuan/rapat dengan melalui penguatan verbal dan non verbal. Dengan menggunakan metode
ini diharapkan siswa dapat termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik
dengan tujuan meningkatkan volume pembelajaran. Dengan demikian proses
pembelajaran diharapkan sesuai dengan apa yang diharapkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan dari latar
belakang masalah tersebut di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut :
1.
Bagaimana cara memotivasi siswa
dalam standar kompetensi mengelola
pertemuan/rapat agar pembelajaran bisa dipahami secara
merata ?
2.
Bagaimana cara
meningkatkan proses pembelajaran dalam
standar kompetensi mengelola
pertemuan/rapat ?
3.
Apakah pemberian penguatan
verbal dan non verbal dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam standar kompetensi mengelola pertemuan/rapat ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Meningkatkan motivasi siswa
dalam standar kompetensi mengelola
pertemuan/rapat agar pembelajaran bisa dipahami secara
merata.
2. Meningkatkan proses belajar mengajar standar kompetensi mengelola
pertemuan/rapat.
3. Meningkatkan pemahaman siswa dalam standar kompetensi mengelola
pertemuan/rapat dengan metode pemberian penguatan
verbal dan non verbal.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai
berikut :
a.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan maka dapat memberikan pengalaman baru bagi penulis, serta dapat
meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi masalah pembelajaran khususnya mengelola pertemuan/rapat,
sehingga pengalaman ini dapat didesain sedemikian rupa sehingga dapat
diterapkan pada standar kompetensi
lain.
b.
Bagi Kepala Sekolah dan Guru,
dapat dijadikan media motivasi untuk dapat dilaksanakan di sekolah di tempat
bekerja yaitu di SMK Negeri 1 Banjar, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
c.
Bagi siswa, dapat memberikan
kesan bahwa belajar mengelola
pertemuan/rapat itu mudah dan menyenangkan serta dapat
memberikan wawasan materi pembelajaran.
d.
Bagi pembaca, dapat dijadikan
rujukan atau bahan pembelajaran dalam upaya melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pembelajaran
Mata Pelajaran Mengelola Pertemuan/Rapat
Guru dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang sesuai
dengan acuan yang berlaku sehingga proses pembelajaran khususnya pembelajaran mengelola
pertemuan/rapat dijadikan suatu mata pelajaran yang
tidak dianggap sulit oleh siswa. Dengan kata lain guru harus membangun konsep
yang dapat menggugah siswa agar bisa menguatkan metode penerapan pembelajaran
guna untuk menciptakan bahwa pelajaran mengelola pertemuan/rapat adalah pelajaran yang
menyenangkan dan tidak sulit untuk dipelajari.
“Dalam belajar aktif siswa harus
melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar mendengarkan, untuk bisa terlibat
aktif para siswa itu harus terlibat dalam tugas yang perlu pemikiran tingkat
tinggi seperti tugas analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu dalam
rangka mewujudkan CBSA guru harus berusaha mencari metode mengajar yang dapat
menyebabkan siswa aktif belajar. Pembelajaran matematika hendaknya menganut
kebenaran konsistensi yang didasarkan kepada kebenaran-kebnaran terdahulu yang
telah diterima, atau setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat
kontradiksi. (Bonwell dan Eison, 1991:1).
Dengan
melihat paparan tersebut di atas maka penulis dapat memberikan penjelasan yaitu
untuk menciptakan
suasana pembelajaran yang aktif, maka siswa dalam proses pembelajaran tidak
hanya mendengarkan, tetapi harus terjun dalam aktivitas pembelajaran yang
disampaikan. Maka dari itu proses pembelajaran harus didesain sedemikian rupa
agar supaya proses pembelajaran dapat diterima dengan cepat oleh siswa.
Pembelajaran suatu
pelajaran akan bermakna bagi siswa apabila guru mengetahui tentang objek yang
diajarkannya sehingga dapat mengajarkan materi tersebut dengan penuh dinamika
dan inovasi dalam proses pembelajarannya.
Berbagai cara dan teknik
pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak itu dipahami anak.
Bruner (1978) memberikan
pemecahan
berbentuk jembatan bailey untuk mengkongkritkan yang abstrak itu dengan
enactive, iconic, dan symbolic melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar,
bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut, atau elaborasi dalam kata-kata
yang dapat dipahami siswa.
B. Srtategi Belajar Mengajar
Secara umum strategi mempunyai
pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai
sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi
bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam
mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan.
Menurut
Newman dan Logan ,
dalam bukunya yang berjudul Strategy Policy and Central Management(1971
: 8), strategi dasar dari setiap usaha akan mencakup keempat hal sbb :
a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi
dan kualifikasi hasil seperti apa yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha
itu yang sesuai dengan aspirasi dan selera masyarakat.
b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan
utama manakah yang dipandang paling efektif guna mencapai sasaran tersebut.
c. Mempertimbangkan dan menetapkan
langkah-langkah apa saja yang akan ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut.
d. Mempertimbangkan dan menetapkan kriteria dan
patokan ukuran yang harus dipergunakan untuk mengukur dan menilai taraf
keberhasilan usaha tersebut.
Melihat paparan tersebut di atas,
maka strategi belajar mengajar dapat disimpulkan sebagi suatu proses upaya
untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Dengan demikian tidak lepas
dari peran serta guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu
memberikan suatu metode yang cepat dan tepat sehingga dengan cepat siswa akan
menangkap hasil pembelajaran yang disampaikan.
C.
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian
Tindakan Kelas [PTK] dibentuk dari 3 kata, yang memiliki pengertian sebagai
berikut :
1. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik
minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus
kegiatan untuk siswa.
3. Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dari
ketiga kata di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh
guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
Pada intinya PTK bertujuan untuk
memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu
pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan
siswa yang sedang belajar.
Secara lebih rinci,
tujuan PTK antara lain sebagai berikut :
1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan
pembelajaran di sekolah
2. Membantu guru dan tenaga kependidikan
lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas
3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan
4. Menumbuhkembangkan
budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif di
dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara
berkelanjutan.
Agar peneliti memperoleh informasi atau
kejelasan yang lebih baik tentang penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami
bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi. Prinsip-prinsip yang dimaksud
adalah :
1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian tindakan
dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin, karena jika penelitian
dilakukan dalam kondisi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi
dalam situasi aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi
wajar. Oleh karena itu, penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu
khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada.
2. Adanya
kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
Didasarkan pada sebuah filosofi bahwa setiap manusia
tidak suka dengan hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang
lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus
menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena
dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul
menyusul. Penelitian tindakan sifatnya
bukan menyangkut hal-hal statis, tetapi dinamis, yaitu adanya perubahan.
Penelitian tindakan bukan menyangkut materi atau topik bahasan itu sendiri,
tetapi menyangkut penyajian topik pokok bahasan yang bersangkutan, yaitu
strategi, pendekatan, metode, atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah
kegiatan uji coba atau eksperimen.
3. SWOT
sebagai dasar pijakan
PTK harus dimulai dengan
analisis SWOT, sehingga dalam memilih sebuah tindakan peneliti harus
mempertimbangkan apakah ada sesuatu di luar diri dan subyek tindakan yang
kiranya dapat dimanfaatkan, juga sebaliknya berpikir tentang “bahaya” di luar
diri dan subyeknya sehingga dapat mendatangkan resiko. Hal ini terkait dengan
prinsip pertama, bahwa penelitian tindakan tidak boleh mengubah situasi asli,
yang biasanya tidak mengudang resiko.
4. Upaya
empiris dan sistemik
Merupakan penerapan prinsip ketiga. Dengan telah
dilaksanakannya analisis SWOT, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait
dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan
keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran
adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang
kait-mengait.
5. Ikuti
prinsip SMART dalam perencanaan
SMART merupakan akronim
dari Spesific (khusus, tidak terlalu umum), Managable
(dapat dikelola, dilaksanakan), Acceptable/Achievable (dapat
diterima lingkungan, dapat dicapai, dijangkau), Realistic
(operasional, tidak di luar jangkauan), dan Time bound (diikat
oleh waktu, terencana).
Diantara unsur dalam SMART, unsur ketiga acceptable
adalah yang paling terkait dengan subyek yang akan dikenai tindakan. Oleh
karena itu, sebelum guru menentukan lebih lanjut tindakan yang akan diberikan,
mereka harus diajak bicara. Tindakan yang akan diberikan oleh guru dan akan
mereka lakukan harus disepakati dengan suka rela. Dengan demikian, guru dapat
mengharapkan tindakan yang dilakukan oleh siswa dilandasi atas kesadaran dan
kemauan penuh. Dampaknya adalah akan menghasilkan semangat atau kegairahan yang
tinggi.
Secara
garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui :
1.
Menyusun rancangan tindakan (planning/perencanaan),
dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh
siapa, dan bagaimana tindakan akan dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal
sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakn dan
pihak yang mengamati proses yang dijalankan.
2.
Pelaksanaan Tindakan (acting),
tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan
tindakan di kelas.
3.
Pengamatan (observing),
yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Dalam tahap ini, guru
pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data
yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
4.
Refleksi (reflecting),
merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.
Dalam tahap ini, guru berusaha untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan
memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secar cermat mengenali
hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka
dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada
peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri
apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain.
Adapun persyaratan PTK itu sendiri adalah sebagai berikut :
Adapun persyaratan PTK itu sendiri adalah sebagai berikut :
1.
Harus tertuju atau mengenai
hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran.
2.
Menuntut dilakukannya
pencermatan secara terus menerus, ohjektif, dan sistematis. Hasil pencermatan
ini digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut yang harus diambil
segera oleh peneliti
3.
Dilakukan sekurang-kurangnya
dalam dua siklus tindakan yang berurutan.
4.
Terjadi secara wajar, tidak
mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang
berlaku.
5.
Harus betul-betul disadari oleh
pemberi maupun pelakunya, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan dapat
mengemukakan kembali apa yang dilakukan dibandingkan dengan rencana yang sudah
dibuat sebelumnya.
6.
Harus benar-benar menunjukkan
adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang
belajar.
Objek
PTK harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek
yang sedang diam dan tanpa gerak. Unsur-unsur yang dapat dijadikan
sasaran/objek PTK tersebut adalah : (1) siswa, (2) guru, (3) materi
pelajaran, (4) peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik
yang dimiliki oleh siswa secara perseorangan, peralatan yang disediakan oleh
sekolah, ataupun peralatan yang disediakan dan digunakan di kelas dan di
laboratorium, (5) hasil pembelajaran, (6) lingkungan, dan (7) pengelolaan, hal
yang termasuk dalam kegiatan pengelolaan misalnya cara dan waktu mengelompokkan
siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan tempat duduk
siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan milik siswa, dan lain-lain.
Bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan
penelitian tindakan kelas. Ada dua keuntungan nyata yang menjadi efek apabila
seorang guru melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pertama adalah dapat
meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan yang kedua, adalah merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru. Dengan catatan, bila
penelitian tindakan kelas dilakukan secara baik dan benar. PTK akan berhasil
baik dan signifikan apabila sebelum melaksanakannya seorang guru harus sudah
mengetahui konsep dasar tentang bagaimana melaksanakan PTK. Mulai dari
pengertian PTK, tujuan, prinsip, model, persayaratan, dan sasaran/objek yang
bisa dikenai tindakan.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Adapun kegiatan perbaikan
pembelajaran ini dilaksanakan di kelas XII AP 2 SMK Negeri 1 Banjar, mulai tanggal 6 Agustus sampai dengan tanggal 21 Agustus 2010. Jadwal pelaksanaan
perbaikan untuk setiap pelajaran adalah sebagai berikut :
1.
Siklus I, Tanggal 8 Agustus 2010
2.
Siklus II, Tanggal 15 Agustus 2010
Adapun
karakteristik siswa kelas XII AP 2
SMK Negeri 1 Banjar diantaranya adalah jumlah siswa 24
orang yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 8 orang perempuan usia siswa
rata-rata 17-19 tahun dengan keadaan ekonomi siswa sebagian besar tergolong ekonomi
menengah kebawah dengan pekerjaan orang tuanya kebanyakan petani dan tempat
tinggal tidak jauh dari sekolah.
B. Deskripsi Per Siklus
1. Rencana Penelitian
Berdassarkan hasil kegiatan
identifikasi dan analisis masalah bekerjasama dengan teman sejawat dan
supervisor, kemudian diadakan rancangan perbaikan pembelajaran sesuai dengan
tujuan perbaikan yang telah ditetapkan. Dengan demikian penulis akan
melaksanakan perbaikan pembelajaran Matematika dengan kompetensi dasar
penggunaan perkalian cara susun untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami perkalian dalam mata pelajaran matematika.
Untuk melaksanakan penelitian, maka
disusunlah penelitian secara umum yaitu :
a.
Menetapkan perencanaan,
menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan perbaikan pembelajaran.
b.
Merancang lembar observasi dan
menyampaikan materi tindak lanjut.
c.
Menyusun kegiatan yang terdiri
dari :
a). Memilih
bahan yang relevan untuk perbaikan
b). Menentukan
langkah pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir).
c). Memilih
metode pembelajaran
d). Memilih
alat peraga atau media yang sesuai dengan materi pembelajaran.
e). Menyusun
alat evaluasi untuk mencapai tujuan perbaikan.
Adapun jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Kompetensi
dasar Mengelola Pertemuan/Rapat
No.
|
Hari/ Tanggal
|
Mata Pelajaran
|
Siklus
|
Materi
|
1.
|
Sabtu, 6 Agustus 2011
|
Mengelola
Pertemuan/Rapat
|
I
|
Menjelaskan definisi mengelola pertemuan/rapat
|
2.
|
Senin, 15 Agustus 2011
|
Mengelola
Pertemuan/Rapat
|
II
|
Menjelaskan Langkah-langkah melakukan
pengelolaan dalam pertemuan/rapat
|
Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan sebagai
berikut :
1). Standar Kompetensi Mengelola pertemuan/rapat
a. Siklus I
- Mengkondisikan siswa
- Melakukan apresiasi
- Menjelaskan materi pembelajaran
- Mengajukan pertanyaan
- Melakukan evaluasi
- Memeriksa hasil evaluasi
- Mmemberikan tindak lanjut
b. Siklus II
- Penyampaian tujuan pembelajaran
- Mengkondisikan siswa untuk melakukan apresiasi
- Menjelaskan materi pembelajaran melalui tanya jawab
- Memberi kesempatan untuk bertanya
- Memberi penguatan
- Melaksanakan evaluasi
- Memberikan tindak lanjut
2. Pelaksanaan Penelitian
Dalam
pelaksanaan Penelitian ini masing-masing dilaksanakan sebanyak dua siklus,
dimana sekenario pembelajaran antara siklus I dan II terdapat kesinambungan
yang baik. Adapun sekenario perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :
1). Standar
Kompetensi Mengelola
pertemuan/rapat
a. Siklus I
- Mengkondisikan siswa : Guru
mengucapkan salam, mengabsen siswa dan mengkondisikan siswa agar mengikuti
proses pembelajaran yang aktif.
- Melaksanakan apresiasi : Guru
memberikan pertanyaan yang ada hubungannya dengan materi pembelajaran yang
dilaksanakan.
- Menjelaskan materi : Guru menjelaskan materi pembelajaran
dengan memberi penjelasan tentang definisi
Mengelola
pertemuan/rapat
- Melaksanakan evaluasi : Guru
memberikan lembar evaluasi kepada siswa secara individu sebanyak 5 soal
berbentuk isian.
- Memeriksa hasil evaluasi : Guru
memeriksa hasil evaluasi setiap siswa dan diberi nilai.
- Tindak lanjut : Sebelum pelajaran selesai guru menyimpulkan materi dan
memberikan soal untuk pekerjaan rumah sebagai tindak lanjut.
b.
Siklus II
- Pengkondisian siswa : Standar kompetensi Mengelola pertemuan/rapat dilaksanakan pada jam ke
tiga, guru mengucapkan salam dan dijawab oleh siswa. Sebelum pelajaran dimulai,
guru mengabsen siswa selanjutnya guru langsung menarik perhatian siswa agar
mengikuti proses pembelajaran yang aktif.
- Melaksanakan apresiasi : Guru mengajukan pertanyaan secara klasikal
dengan hal-hal yang ada hubungannya dengan materi yang disampaikan.
- Menjelaskan materi : Guru
menjelaskan materi pembelajaran tentang Mengelola pertemuan/rapat
- Memberikan evaluasi : Setelah
penjelasan materi dan siswa dianggap sudah memahami materi, guru guru
memberikan lembar evaluasi secara individu sebanyak 5 soal berbentuik isian.
- Hasil evaluasi : Guru memeriksa hasil evaluasi setiap siswa dan ditemukan nilai
dan hasilnya dan selanjutnya guru memberikan pekerjaan rumah terhadap siswa
sebagai tindak lanjut..
3). Pengamatan dan Pengumpulan Data
a) Standar Kompetensi Mengelola pertemuan/rapat
Dalam
pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran siklus I pada Mata Pelajaran Mengelola pertemuan/rapat
dilakukan pengamatan oleh teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi
sebagai berikut :
Label 3.2
Lembar Observasi Siklus I SK
Mengelola pertemuan/rapat
No.
|
Aspek Yang Dinilai
|
Kemunculan
|
Keterangan
|
|
Ya
|
Tidak
|
|||
1.
|
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
|
Kurang
|
||
2.
|
Guru melaksanakan apresiasi
|
Baik
|
||
3.
|
Guru menjelaskan materi dengan memberi contoh pengerjaan soal
|
Kurang
|
||
4.
|
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa
|
Baik
|
||
5.
|
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya
|
Baik
|
||
6.
|
Siswa diberi kesempatan untuk berpikir
|
Kurang
|
||
7.
|
Guru memberi motivasi
|
Baik
|
||
8.
|
Guru melaksanakan evaluasi
|
Baik
|
||
9.
|
Guru memberikan tindak lanjut
|
Baik
|
Adapun saran yang diberikan adalah
harus mampu menguasai materi serta memberikan penjelasan yang simple terhadap
siswa siswa agar supaya proses pembelajaran berjalan dengan kondusif.
Selanjutnya lembar observasi yang
digunakan teman sejawat untuk mengamati proses perbaikan pembelajaran pada
siklus II pada mata pelajaran Matematika adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3
Lembar Observasi Siklus II Mata SK
Mengelola pertemuan/rapat
No.
|
Aspek Yang Dinilai
|
Kemunculan
|
Keterangan
|
|
Ya
|
Tidak
|
|||
1.
|
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
|
Baik
|
||
2.
|
Guru menjelaskan materi dengan tanya jawab
|
Baik
|
||
3.
|
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya
|
Baik
|
||
4.
|
Siswa diberi kesempatan untuk berpikir
|
Baik
|
||
5.
|
Guru memberikan motivasi
|
Baik
|
||
6.
|
Guru memberikan penguatan
|
Baik
|
Adapun
saran-saran yang diberikan adalah guru harus mampu memberikan berbagai media,
hal ini dengan pemberian teknik berbagai media yang didesain guru, maka siswa
akan mudah meningat apa yang sudah diberikan dalam proses pembelajaran.
3. Refleksi
a. Standar kompetensi
Mengelola
pertemuan/rapat
Refleksi dilakukan
berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat setelah proses perbaikan
pembelajaran siklus I mata pelajaran Mengelola pertemuan/rapat selesai. Sesuai dengan hasil yang diperoleh siswa ternyata masih ada sebagian siswa yang belum
mampu mamahami materi sehingga dalam menjawab soal masih ada yang salah dengan
kualifikasi dibawah rata-rata, hal ini disebabkan oleh penyampaian materi guru
yang terlalu cepat dan kurangnya situasi tanya jawab yang diberikan guru.
Dengan demikian pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran akan dilakukan pada
siklus II.
Pada siklus II guru memberikan materi
yang efisien serta pemberian diskusi tanya jawab antara siswa dengan guru yang
dilengkapi dengan metode penguatan verbal dan non verbal sehingga terjadi komunikasi
yang baik antara siswa dan guru. Dengan demikian pada siklus II terdapat hasil
yang konsisten yaitu dilihat dari hasil evaluasi tidak terdapat nilai yang
kurang. Dengan demikian siklus ke II dinyatakan berhasil membangkitkan semangat
siswa sehingga tidak diperlukan tahapan siklus selanjutnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian
Standar Kompetensi Mengelola
pertemuan/rapat
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
di SMK Negeri 1 Banjar, maka diperoleh data yang menunjukan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran. Selain dari itu terdapat beberapa hasil pembelajaran yang
diperoleh setelah penulis melakukan penelitian. Adapun hasil dari penelitian
mata pelajaran Mengelola
pertemuan/rapat di SMK Negeri 1 banjar dapat dilihat pada tebel
berikut :
Tabel 4.1
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Siklus I
No.
|
Nama Siswa
|
Nilai Sebelum Perbaikan
|
1.
|
AAM
MARYANI
|
7
|
2.
|
AJAT
DARMAWAN
|
5
|
3.
|
APRILIA
ARYATI
|
5
|
4.
|
BAMBANG
HERMAWAN
|
5
|
5.
|
DETI
KOMALASARI
|
5
|
6.
|
DINI
TRIANJANI
|
5
|
7.
|
ENI
HAYATI
|
5
|
8.
|
ERIK
HIDAYAT
|
5
|
9.
|
ERNI
RAHMAWATI
|
6
|
10.
|
EULIS
LISNAWATI
|
5
|
11.
|
FEBRI
GILANG PERMATASARI
|
7
|
12.
|
FEBRINA
ROUFULIA RAMDHANI
|
5
|
13.
|
FERDERIKA
WILA
|
5
|
14.
|
HASNA
LUTHFI AISYAH
|
5
|
15.
|
IDA
DAMAYANTI
|
5
|
16.
|
INA
DESTIANA
|
5
|
17.
|
IRMA
RISMAYANTI
|
7
|
18.
|
IWAN
SURYANTO
|
7
|
19.
|
KOMALASARI
|
5
|
20.
|
LISNA
PRIHANDINI
|
5
|
21.
|
LISTIA
HAFIVAH ADAWIYAH
|
5
|
22.
|
MEGAWATI
S.
|
5
|
23.
|
MEINASARI
|
6
|
24.
|
NENG
ELA LAELASARI
|
5
|
Jumlah
|
130
|
|
Rata-rata
|
5,42
|
Tabel 4.2
Analisi Kategori Evaluasi
Siklus I
Pada Mata Pelajaran Mengelola
pertemuan/rapat
Kategori
|
Jumlah Siswa
|
Persen ( % )
|
1. Baik
|
4 orang
|
4/24 x 100 =
16,67
|
2. Sedang
|
2 orang
|
2/24 x 100 =
8,33
|
3. Kurang
|
18 orang
|
18/24 x 100 = 75
|
Tampak pada ananalisis kategori di atas
bahwa nilai yang berkategori baik baru mencapai 16,67 %. Itu artinya sebagian
kecil pada siklus ke I sudah lebih meningkat dari pada sebelum adanya perbaikan
pembelajaran.
Meskipun demikian, siswa yang
berkategori kurang masih dalam poses terbanyak yaitu sebesar 75 % dan yang
berkategori sedang sebanyak 8,33 %. Itu akhirnya pada siklus ke II jumlah siswa
yang berkategori sedang dan kurang harus mengalami penurunan.
Setelah permasalahan utama yang menjadi
fokus perbaikan dalam mata pelajaran Mengelola pertemuan/rapat, penulis mencoba
memperbaiki terhadap proses pembelajaran serta meminta bantuan kepada teman
sejawat untuk mengidentifikasi faktor penyebab rendahnya tingkat penguasaan
terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Dan akhirnya dari hasil refleksi
dan diskusi dengan teman sejawat ditemukan beberapa penyebab, antara lain
adalah sebagai berikut :
1.
Guru terlalu cepat dalam
mencapaikan pembelajaran.
2.
Guru kurang menguasai dalam
penggunaan alat pera.ga.
3.
Guru kurang menyampaikan tujuan
pembelajaran.
4.
Guru kurang memberikan
penguatan kepada siswa.
5.
Tidak adanya diskusi antara
siswa dan guru.
Tabel 4.3
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Mata Pelajaran Mengelola pertemuan/rapat
No.
|
Nama Siswa
|
Nilai Sesudah Perbaikan
|
1.
|
AAM
MARYANI
|
9
|
2.
|
AJAT
DARMAWAN
|
8
|
3.
|
APRILIA
ARYATI
|
7
|
4.
|
BAMBANG
HERMAWAN
|
8
|
5.
|
DETI
KOMALASARI
|
8
|
6.
|
DINI
TRIANJANI
|
8
|
7.
|
ENI
HAYATI
|
8
|
8.
|
ERIK
HIDAYAT
|
7
|
9.
|
ERNI
RAHMAWATI
|
9
|
10.
|
EULIS
LISNAWATI
|
8
|
11.
|
FEBRI
GILANG PERMATASARI
|
9
|
12.
|
FEBRINA
ROUFULIA RAMDHANI
|
9
|
13.
|
FERDERIKA
WILA
|
9
|
14.
|
HASNA
LUTHFI AISYAH
|
8
|
15.
|
IDA
DAMAYANTI
|
9
|
16.
|
INA
DESTIANA
|
8
|
17.
|
IRMA
RISMAYANTI
|
9
|
18.
|
IWAN
SURYANTO
|
8
|
19.
|
KOMALASARI
|
8
|
20.
|
LISNA
PRIHANDINI
|
9
|
21.
|
LISTIA
HAFIVAH ADAWIYAH
|
8
|
22.
|
MEGAWATI
S.
|
8
|
23.
|
MEINASARI
|
9
|
24.
|
NENG
ELA LAELASARI
|
8
|
Jumlah
|
199
|
|
Rata-rata
|
8,29
|
Tabel 4.4
Analisi Kategori Evaluasi
Siklus II Pada
Mata Pelajaran Mengelola
pertemuan/rapat
Kategori
|
Jumlah Siswa
|
Persen ( % )
|
1. Baik
|
22 orang
|
22/24 x 100 = 91,67
|
2. Sedang
|
2 orang
|
2/24 x 100 =
8,33
|
3. Kurang
|
-
|
-
|
Tampak jelas pada analisis kategori
diatas bahwa nilai yang berkategori baik jauh sangat lebih banyak dan mengalami
kenaikan prestasi yang sangat signifikan yaitu mencapai 91,67%. Itu artinya pada siklus ke II
sudah menunjukan tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang sesuai dengan
apa yang diharapkan. Dengan hal ini maka cukup hanya sampai siklus II karena
sampai tahap ini tingkat keberhasilan belajar sudah tercapai. Selanjutnya siswa
yang mendapatkan kategori sedang terdapat 8,33%, dengan tidak terdapatnya siswa
yang termasuk dalam klasifikasi nilai yang kurang. Hal ini jelas terliha bahwa
prestasi siswa mengalami kenaikan yang cukup pesat.
Setelah permasalahan utama pada
perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II dilaksanakan, penulis merasa puas
dengan meningkatnya nilai siswa pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada
siklus ke II dilihat dari kategori sedang yang mengalami penurunan serta tidak
terdapatnya siswa yang mendapat nilai kurang.
B. Temuan dan Refleksi
Berdasarkan
hasil diskusi dengan teman sejawat, pembelajaran yang sudah dilaksanakan sudah
ada kemajuan. Adapun temuan dan refleksi dari hasil penelitian adalah sebagai
berikut :
a.
Standar
kompetensi Mengelola
pertemuan/rapat
1). Siklus I
Telah
terjadi hasil peningkatan hasil belajar dari evaluasi sebelumnya, hal ini
terbukti dengan hasil evaluasi dengan rincian sebagai berikut :
- Nilai 10 : Tidak ada
- Nilai
9 : Tidak ada
- Nilai 8 : Tidak ada
- Nilai
7 : 4 orang siswa
- Nilai 6 : 2 orang siswa
- Nilai 5 : 18 orang siswa
Dengan
demikian bisa terlihat pada tahapan siklus I yang menunjukan bahwa kenaikan
hasil evaluasi siswa belum terlalu terlihat signifikan, tetapi apabila
dibandingkan pada sebelum ada perbaikan masih dapat dikategorikan lebih baik
dari sebelumnya karena pada siklus I tidak terdapat nilai dibawah 4 ke bawah.
Dengan demikian menunjukan bahwa perbaikan pembelajaran belum signifikan tetapi
sudah menunjukan sedikit perubahan kearah yang lebih baik dengan kualifikasi
baik 16,67 %, sedang 8,33 % dan kurang
75 %. Dengan demikian penulis mencoba pada tahapan selanjutnya yaitu di tahap
siklus II.
2). Siklus II
Telah
terjadi hasil peningkatan hasil belajar, hal ini terbukti dengan hasil evaluasi
dengan rincian sebagai berikut :
- Nilai 10 :
Tidak ada
- Nilai 9 : 9 orang siswa
- Nilai 8 : 13 orang siswa
- Nilai 7 : 2 orang siswa
- Nilai 6 Ke bawah : Tidak ada
Dengan demikian terjadi perubahan yang
sangat signifikan antara hasil dari penelitian siklus II, dimana pada siklus II
terdapat hasil evaluasi yang dapat dikategorikan baik. Dengan demikian
penelitian sudah dapat dikatakan berhasil pada siklus II serta tidak ada
tahapan siklus selanjutnya karena pada siklus II sudah dapat dikategorikan baik
dengan hasil evaluasi 91,67 % siswa dengan hasil kategori baik dan 8,33 % siswa
dengan kategori hasil evaluasi sedang. Dengan demikian prestasi siswa menjadi
meningkat dengan baik, walaupun klasifikasi sedang mengalami kesamaan dengan
artian tidak mengalami penurunan, tapi penulis dapat memberi kesimpulan bahwa
prestasi siswa dengan kategoro baik sangat meningkat dengan klasifikasi sangat
baik. Dengan demikian penelitian ini sudah dapat dikatakan berhasik pada siklus
II dengan perolehan rata-rata 91,67 % terdapat siswa dengan kategori hasil
belajar yang baik.
C. Pembahasan
Berdasarkan temuan data yang diperoleh
dari proses perbaikan pembelajaran pada standar kompetensi Mengelola pertemuan/rapat terhadap siswa kelas XII AP2 SMK Negeri 1 Banjar yang sudah
dilaksanakan, terbukti menunjukan
ada perubahan belajar siswa yang signifikan dari perkembangan siswa dengan
adanya upaya dan desain serta metode pembelajaran yang diupayakan pada setiap
siklusnya.
Hal ini terbukti dengan hasil yang tampak
dari kemajuan yang dialami oleh masing-masing siswa yang semakin meningkat
dilihat dari rekapitulasi nilai perbaikan pembelajaran.
Tabel 4.5
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran Mengelola
pertemuan/rapat Siklus I dan II
No.
|
Nama Siswa
|
Nilai Sesudah Perbaikan
|
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1.
|
AAM
MARYANI
|
7
|
9
|
2.
|
AJAT
DARMAWAN
|
5
|
8
|
3.
|
APRILIA
ARYATI
|
5
|
7
|
4.
|
BAMBANG
HERMAWAN
|
5
|
8
|
5.
|
DETI
KOMALASARI
|
5
|
8
|
6.
|
DINI
TRIANJANI
|
5
|
8
|
7.
|
ENI
HAYATI
|
5
|
8
|
8.
|
ERIK
HIDAYAT
|
5
|
7
|
9.
|
ERNI
RAHMAWATI
|
6
|
9
|
10.
|
EULIS
LISNAWATI
|
5
|
8
|
11.
|
FEBRI
GILANG PERMATASARI
|
7
|
9
|
12.
|
FEBRINA
ROUFULIA RAMDHANI
|
5
|
9
|
13.
|
FERDERIKA
WILA
|
5
|
9
|
14.
|
HASNA
LUTHFI AISYAH
|
5
|
8
|
15.
|
IDA
DAMAYANTI
|
5
|
9
|
16.
|
INA
DESTIANA
|
5
|
8
|
17.
|
IRMA
RISMAYANTI
|
7
|
9
|
18.
|
IWAN
SURYANTO
|
7
|
8
|
19.
|
KOMALASARI
|
5
|
8
|
20.
|
LISNA
PRIHANDINI
|
5
|
9
|
21.
|
LISTIA
HAFIVAH ADAWIYAH
|
5
|
8
|
22.
|
MEGAWATI
S.
|
5
|
8
|
23.
|
MEINASARI
|
6
|
9
|
24.
|
NENG
ELA LAELASARI
|
5
|
8
|
Jumlah
|
130
|
199
|
|
Rata-Rata
|
5,42
|
8,29
|
Pelaksanaan
proses perbaikan yang telah dilaksanakan pada Mata Pelajaran Mengelola pertemuan/rapat
tentang metode penguatan verbal dan non verbal untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa terhadap penguasaan materi.
Pada
tahapan pertama terdapat sedikit kenaikan hasil pembelajaran, hal ini
didasarkan oleh penyampaian guru yang terlalu cepat dan kurang adanya system
diskusi antara siswa dengan guru. Oleh sebab itu tahapan pertama yaitu pada
siklus I hanya sedikit mengalami kenaikan serta belum begitui signifikan.
Setelah
melakukan berbagai diskusi dengan teman sejawat, maka penulis mencoba mendesain
pola pembelajaran yang lebih kreatif yaitu disamping menerapkan pola penguatan
sistem verbal dan non verbal, penulis juga menyampaikan pembelajaran dengan
sistem diskusi dan tanya jawab antara guru dan siswa. Dengan demikian penulis
mendapatkan hasil temuan yaitu meningkatnya tingkat hasil belajar siswa, maka
dari itu proses penelitian penulis cukupkan pada siklus II karena pada siklus
ini hasil belajar siswa sudah didapatkan dengan hasil yang baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengolahan dan analisis data, maka dari hasil perbaikan
pembelajaran telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai pada proses belajar
mengajar seorang guru harus bisa menyampaikan pembelajaran dengan menarik. Hal ini didasarkan pada
siswa yang cenderung malas dan bosan terhadap mata pelajaran mengelola pertemuan/rapat dengan demikian pola diskusi dan penyampaian dengan pola penguatan
verbal dan non verbal dapat disampaikan dengan baik, sehingga hasil
pembelajaran yang diperoleh akan menjadi lebih baik.
B. Saran
Dengan mengacu terhadap kesimpulan, maka dari itu penulis
dapat memberikan saran yaitu sebagai berikut :
1.
Dalam menyampaikan
proses pembelajaran guru sebaiknya tidak terlalu cepat dalam menjelaskan materi
pembelajaran. Selanjutnya harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya. Dengan demikian siswa bisa lebih berani dan mampu untuk menerima
materi yang disajikan.
2.
Untuk menjadikan pembelajaran Mengelola pertemuan/rapat
bisa lebih baik disarankan seorang guru bisa melakukan pola pembelajaran yang
didesain sedemikian rupa yang mengacu terhadap situasi siswa. Dengan demikian
upaya perbaikan pembelajaran akan dapat dilakukan dengan perolehan hasil yang
baik dan signifikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Andayani. (2009). Pemantapan
Kemampuan Propesional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan
Supardi. (2008). Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Bruner, J. (1978). The
Process of Educational Technology. Cambridge : Harvard University.
Farris, P.J. and Cooper, S.M.
(1994). Elementary Social Studies. Dubuque, USA : Brown Communications,
Inc.
Sumantri, Mulyani. (2007). Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tim TAP FKIP. (2009). Panduan
Tugas
Akhir Program Sarjana FKIP. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wahyudin, dinn. (2007). Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Weton, D. A and Mallan, J.T. (1988).
Children
and Their World. Boston : Houghton Mifflin Coy.